Komplikasi dan Gastritis Kronik

Drs. Isfal Andri, 46 Tahun. Bengkulu Komplikasi dan Gastritis Kronik
Saya berprofesi sebagai seorang reporter/wartawan dan mempunyai jadwal kerja yang sangat padat. Namun, tugas berat yang saya pikul ternyata tidak diimbangi dengan kesehatan dan stamina yang baik, sehingga selama ±12 tahun terakhir saya sering mengalami sakit-sakitan. Awalnya, isteri saya beranggapan bahwa saya hanya kelelahan biasa. Namun, akhir-akhir ini, saya sering mengeluh sakit, terutama setelah pulang meliput berita ke luar daerah. Bila sedang kambuh, saya merasa sangat kesakitan di bagian perut yang disertai dengan rasa mual dan muntah, sekujur tubuh berkeringat dingin, wajah terlihat pucat, dan menguning. Untuk mengatasinya, isteri saya memberikan obat, namun tidak ada perubahan, isteri saya pun segera membawa saya ke dokter. Bahkan, sudah bertahun-tahun saya menjadi ”pelanggan” salah seorang dokter praktek yang cukup ternama di Kota Bengkulu. Barulah, setelah disuntik dokter, saya menjadi tenang. Isteri saya yang berprofesi sebagai dokter mengetahui bahwa suntikan yang diberikan dokter itu hanyalah sebagai penahan rasa sakit, dan bukan sebagai penyembuh. Namun, karena setiap kali habis disuntik, saya merasa lebih baik dan tenang, maka dengan terpaksa, saya melanjutkan pemberian suntikan itu. Pada pertengahan Agustus 2005, penyakit saya kembali kambuh, dan seperti biasanya pula, isteri saya memberikan suntikan dengan dosis yang sudah ditingkatkan. Namun, kali ini hanya bertahan setengah jam, karena kemudian saya kembali merasa kesakitan. Keesokan harinya, saya dibawa ke RSU M. Yunus, Bengkulu, untuk perawatan sekaligus melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Dan, berdasarkan hasil pemeriksaan USG, diketahui bahwa saya terkena penyakit batu empedu, komplikasi dengan maag kronis dan radang kandung kemih. Dokter merujuk agar saya dibawa ke Jakarta. Saat itu, isteri saya merasa sangat terkejut dan panik, karena kondisinya pada waktu itu tidak memungkinkan berangkat ke Jakarta, karena baru saja mengikuti Pendidikan di Poltekes Bengkulu. Tuhan menunjukkan jalan-Nya, salah seorang teman satu angkatan isteri saya, Ratna Juita, menyarankan agar saya mengonsumsi produk-produk High-Desert terlebih dahulu, sebelum ke Jakarta. Dan, beliau kemudian mengenalkan salah seorang distributor High-Desert di Kota Bengkulu bernama Galih. Sejujurnya, saya tidak tertarik dengan produk ini, karena sebelumnya sudah pernah mengonsumsi makanan serupa produk lokal. Namun, isteri saya tetap mau mencoba dan kemudian membeli Clover Honey, Bee Propolis, Pollenergy 520. Sejak saat itu, saya pun mulai mengonsumsinya secara teratur. Sejak mengonsumsi HD, kondisi saya memang berangsur membaik. Namun, belum sepenuhnya pulih, karena jika sedang tidak dalam kondisi sibuk atau tidak sedang banyak pikiran, penyakit tersebut tidak akan kambuh hingga 6 sampai 8 bulan. Karena kondisi yang sudah memungkinkan, maka saya berangkat ke Jakarta bersama isteri pada 21 Februari 2006. Sebelumnya, saya kembali ke RSU M. Yunus untuk mengambil surat rujukan. Namun, dikatakan oleh dokter spesialis penyakit dalam bahwa data USG 6 bulan lalu sudah tidak dapat dipakai lagi sebagai rujukan. Oleh sebab itu, saya harus melakukan pemeriksaan USG ulang. Maka, pada hari itu juga, saya melakukan USG ulang, dan dari hasilnya diketahui bahwa sumbatan (batu) di saluran empedu sudah tidak ada, lambung dan kandung kemih dalam keadaan normal. Kini, kondisi saya semakin sehat dan bugar. Dan, sekarang bukan hanya saya yang mengonsumsi produk HD, namun juga isteri saya dan 3 orang buah hati kami. Terima kasih kepada Allah SWT yang telah menunjukkan jalan melalui Ratna Juita dan Mas Galih. Sebagai rasa terima kasih yang mendalam, pada Mei 2006, isteri saya bergabung dengan High-Desert, dan kini telah berhasil meraih posisi Distributor Manager. Semoga High-Desert semakin berjaya. NARATION: Produk yang digunakan : Bee Propolis, Clover Honey, Pollenergy 520