Filusuf Bicara

"Obatilah penyakit Anda dengan makanan dan jadikanlah makanan Anda sebagai obat [Hipo Crates]"

Tuesday, August 9, 2011

Indonesia Punya 24 Juta Lansia yang Kurang Diperhatikan



Tahun 2011 jumlah penduduk dunia telah mencapai angka 7 miliar jiwa dan 1 miliar diantaranya adalah penduduk lanjut usia (lansia). Indonesia sendiri menduduki rangking keempat di dunia dengan jumlah lansia 24 juta jiwa yang belum terlalu mendapat perhatian.

Tidak hanya menghadapi angka kelahiran yang semakin meningkat, Indonesia juga menghadapi beban ganda (double burden) dengan kenaikan jumlah penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) karena usia harapan hidup yang makin panjang bisa mencapai 77 tahun.

"Sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa penduduk lansia usia 60 tahun ke atas meningkat secara signifikan. Kalau pada tahun 1960-an dan 1970-an penduduk lansia mungkin hanya sekitar 2 persen, saat ini sudah menjadi sekitar 10 persen (dari 238 juta jiwa)," ujar DR. Dr. Sugiri Syarief, MPA, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dalam membuka seminar 'Mempersiapkan Lanjut Usia Agar Bisa Menjadi Bonus Demografi Kedua dan Mengatasi Dampak Negatif Pertambahan Penduduk Lanjut Usia' di Auditorium BKKBN Pusat, Jakarta, Senin (11/7/2011).

Selain memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia juga merupakan negara keempat dengan jumlah lansia terbanyak, setelah China, Amerika dan India, yaitu sekitar 24 juta jiwa.
Dengan jumlah lansia yang demikian besar tersebut, lanjut DR Sugiri, perlu perhatian yang serius dari kita semua tentang bagaimana mempersiapkan dan mengarahkan para lansia ini menjadi tetap sehat, produktif dan sejahtera.
Masalah warga lanjut usia ini dapat menjadi masalah besar atau peluang yang tidak kalah besarnya. Pertambahan jumlah penduduk usia lanjut akan menyebabkan berubahnya berbagai sendi kehidupan, ekonomi, sosial kemasyarakatan, seperti kebutuhan hidup, makanan dan minuman.
Untuk itu, perlu adanya strategi persiapan dan pemberdayaan bagi lansia agar dapat tetap aktif dan berkarya.
"Lansia jangan ditolak karena jalannya lambat, suara tidak keras. Tetapi karena jumlahnya banyak, ini perlu ditangani secara komprehensif," jelas Prof. DR. Haryono Suyono, Ketua Umum DNIKS (Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial).
Prof Haryono menjelaskan bahwa lansia sekarang berbeda dengan lansia tahun 70-an. Diperkirakan sekarang hanya ada 20 persen lansia yang sakit-sakitan, sedangkan sisanya yaitu 80 persen adalah lansia potensial yang masih bisa diperdayakan.
"Jangan terlambat mempersiapkan lansia. Lansia paling lambat dipersiapkan pada usia 50 tahun. Sebelum pensiun, orang harus cepat-cepat mempersiapkan diri agar tetap aktif, seperti mengikuti organisasi," lanjut Prof Haryono.
Selain itu, lansia juga perlu diberikan hak-hak khusus. DR Sugiri mengatakan di Indonesia masih sedikit hak khusus yang diberikan bagi lansia, terutama pada fasilitas pelayanan umum seperti bus trasnjakarta atau bus umum.
Menurut Prof Haryono, Indonesia kurang ramah dengan lansia. "Supaya ada (di Indonesia) pelayanan yang naik-naiknya (tangga) tidak terlalu tinggi. Jalan-jalan dirombak, seperti di Singapura misalnya. Tidak ada di Singapura yang jalannya naik-naik (tangga), semuanya landai karena lansia sudah tidak lagi bisa lompat-lompat. Lalu ada tuntutan-tuntutan pensiun diundurkan," ujar Prof Haryono.
 
(www.detik.com)

No comments:

Post a Comment